New Media adalah suatu revolusi
dari sebuah media-media yang telah berkembang dari zaman dahulu. Sebagai contoh
adalah zaman dahulu untuk mengabadikan sesuatu perlu untuk mengukir di batu
atau dengan melukis untuk mengabadikannya. Seiring dengan perkembangan zaman
dan teknologi yang semakin berkembang maka untuk mengabadikan sesuatu cukup
dengan mengambil gambar atau memfoto. Di zaman dahulu foto belum berwarna namun
hingga sekarang foto sudah berwarna bahkan sudah dalam bentuk digital bukan
dalam bentuk kertas atau lukisan lagi.
Selain foto ada juga perkembangan
yang lebih mutakhir yaitu perkembangan video dalam mengabadikan momen-momen
penting yaitu dengan video. Sejarah penemu video adalah seorang skotlandia yang
bernama John Logie Baird, dia adalah adalah penemu yang pertama kali
menunjukkan bahwa citra visual dapat ditransmisikan.
Menurut
lev manovich, ada 5 unsur media , yaitu:
1. NUMERICAL REPRESENTATION
(Pengaplikasian matematika dalam
media)
Hal ini
membuat New Media dapat dideskripsikan secara formal / matematis. Contohnya,
sebuah gambar dapat dijelaskan menggunakan fungsi matematika. Lalu, obyek new
media adalah subyek dari manipulasi alogaritma; artinya new media selalu
dikonvergensikan dengan ilmu matematis, contohnya, dengan menggunakan alogaritma
yang tepat, kita dapat dengan otomatis membuang “noise” dari foto, meningkatkan
kontras warna, mencari sisi-sisi dari bentuk, atau mengubah proporsi dan ukuran
gambar, singkatnya, media menjadi mudah untuk diprogramkan.
2. MODULARITY
(Adanya konvergensi / penggabungan
aneka media menjadi satu)
Unsur kedua ini membahas mengenai
betapa media yang disebut new media, adalah media yang didalamnya terdiri dari
gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya,
dimana beberapa media dijadikan satu, itu baru disebut new media. Namun walau
media-media tersebut disatukan, tiap-tiap elemen memiliki independensi
masing-masing; contohnya sebuah film multimedia yang dibuat dengan software
Macromedia Director yang terkenal mungkin berisi ratusan gambar, QuickTime
movies, dan suara yang dimasukkan secara terpisah dan berjalan selama film
berjalan. Karena tiap-tiap elemen memiliki independensi masing-masing, maka
masing-masing dapat dimodifikasi / di-edit kapanpun tanpa harus mengubah film
itu sendiri (contoh: suaranya ditinggikan seperti chipmunk, tetapi gambar dan
warna film tidak berubah).
Contoh lain adalah gambar yang
memiliki aneka aplikasi (GIF, JPG, PSD, dsb), ketika gambar-gambar ini dipindah
ke microsoft office seperti word, maka gambar-gambar itu masing-masing tetap
berdiri secara independen dan dapat di edit sendiri-sendiri.
3. AUTOMATION
(New media harus otomatis)
Dalam Automation ini, sifat otomatis
new media terbagi menjadi 2, yaitu Low-Level Automation dan High-Level
Automation.
Low-Level
Automation bekerja dengan
mengubah atau menciptakan perubahan dari sketsa suatu obyek dengan memakai
template atau alogaritma sederhana; contohnya program edit gambar seperti
Photoshop dapat dengan otomatis memperbaiki gambar hasil scan, membersihkan
gambar dan meningkatkan kontras gambar. Sifat otomatis ini juga dilengkapi
dengan penyaring / filter yang dapat dengan otomatis merubah obyek, seperti
suatu foto yang dapat dirubah hingga seakan-akan gambar tersebut telah dilukis
oleh pelukis ternama seperti Van Gogh.
High-Level
Automation mengharuskan
komputer untuk memahami beberapa tingatan, makna pada obyek yang ada (komputer
memahami semantik / bahasa). Ini merupakan pengembangan dari proyek Artificial
Intelligence / AI (Kecerdasan buatan), contoh media yang telah memakai
High-Level Automation aDalah Smart Camera, yang ketika diberi skrip, secara
otomatis mengikuti aksi yang berjalan dan segera merekam. (Media seakan-akan
hidup dan bisa berpikir).
4. VARIABILITY
(Satu new media, tercipta dan dapat
diaplikasikan dalam berbagai versi)
Jika old media membutuhkan manusia
sebagai pencipta secara manual (teks, visual, dan audio), maka new media
haruslah media yang diciptakan sekali untuk banyak hal. Obyek dari new media
harus diciptakan untuk berbagai versi yang berbeda, dan daripada diciptakan
sepenuhnya oleh manusia sebagai pencipta, versi ini seringkali diciptakan demi
tujuan otomatis dalam komputer. Oleh sebab itu, DNA ini (Varability) tidak
mungkin terdapat jika tidak disertai dengan modularity (konvergensi media /
penggabungan beberapa elemen media)
Contoh variability dalam new media,
yaitu adanya software Photoshop yang tercipta dalam berbagai bentuk, Adobe (CS,
CS3, dll), Idesign, atau microsoft office tools, atau dalam dunia internet,
seperti blog yang memiliki layanan variatif, baik untuk menunjukkan musik,
video, berita, dsb.
5. TRANSCODING
(Menerjemahkan suatu elemen media ke
format lainnya)
Untuk memahami logika new media, kita
perlu memahami computer science. Disana kita dapat menemukan istilah-istilah
baru, kategori-kategori, serta operasi untuk mengkarakterkan media menjadi
mudah untuk diprogramkan.
Kesimpulannya; Transcoding merupakan unsur
new media terakhir yang membuat media dipandang sebagai sesuatu yang dapat
berpikir karena adanya perkembangan logika media sehingga media memiliki
pembauran makna dengan manusia (New media adalah media yang “cerdas seperti
manusia” karena terus berkembang seturut perkembangan jaman).
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/penjelasan-new-media/
http://johansenhalim.blogspot.com/2010/08/5-dna-dalam-new-media-menurut-lev.html